Rumah dan kami yang menempati rumah itu
Rumah kami bukan istana yang
kata orang bahwa setiap rumah adalah sebuah istana bagi keluarganya , tapi
bagiku rumah kami adalah gubuk tua berisi kebahagiaan tak terkalahkan .
Rumah adalah ujung , hanya
itu aku tak bisa menjelaskannya lebih jauh lagi.
Seorang kepala keluarga
bernama Yayat Wiyarso adalah ayah ku ia membanting tulang di sungai dekat rumah
mengeruk pasir dan menjualnya , jika musim kemarau tentu saja air kering pasir
pun tak ada maka ayah ku pun mempunyai pekerjaan sampingan yaitu membuka warung
, warung kecil yang dirasa cukup memberikan sesuap nasi dan segelas air untuk
nya dan anak istrinya.
Ibu ku hanya seorang ibu
rumah tangga lulusan kelas 5 SD bernama Lilis Murnia asih, pendidikan yang tak
mampu ia dapatkan membuatnya hanya bisa membantu sedikit lebih keperluan
ekonomi yang harus ia dan suaminya tanggung
Jasanya tak pernah bisa
dijelaskan secara detail dan terperinci ibu ku adalah ibu terbaik sepanjang
masa ibu no 1 di dunia :*
Kakak ku adalah anak
perempuan berumur 21 tahun bekerja sebagai QC pabrik menikah dengan seorang
penjaga warung.
karena akhlak baik yang lakilaki itu miliki
mungkin itu sebabnya kakak ku mencintainya tapi sebab jelas nya aku tak pernah
tau cinta yang ia rasakan hanya ia yang tau. Pasangan suami istri itu bernama
Bayu Aditya dan Lia Yuliani
Penghuni rumah ku yang
lainnya adalah perempuan 5 tahun lebih muda dari ku yaitu adik ku , penghuni
rumah yang paling dekat dengan ku , selalu berbagi cerita dengan ku tentang
sekolah kami masing* aku selalu mengerti apa yang ia ceritakan , tapi dia tak
jarang kurang paham akan ceritaku tapi aku memakluminya. Hanya sekedar untuk
menjaga komunikasi dengannya aku tetap bercerita tentang suka duka keluh kesah
ku di sekolah kepadanya. Adiknya ku satusatunya itu bernama Tia Nurhasanah.
Kami hanya orang* sederhana
yang saling mencintai sebagai keluarga , kami bukan siapa* dan bukan apa* ,
kami hanya sekumpulan orang dalam satu keluarga yang ingin bahagia dalam sedih
dan duka yang ingin bahagia dengan kebahagiaan sesungguhnya. Kami saling
mencintai satu sama lain dan rasa itu tak pernah sekalipun kami apresiasikan
dalam bentuk kata* hanya dengan bukti yang sesungguhnya yaitu pengorbanan.
created by : rosalina yuniar
created by : rosalina yuniar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar